TRANSFER / PENGIJASAHAN
ILMU SECARA INSTANT... IS IT POSSIBLE ?
(Tulisan ini diminta dari
salah satu rekan Magic Glow di kota Bandung.)
https://api.whatsapp.com/send?phone=6281212233535
IG : @kiawan357
Youtube : Ki Awan
Seringkali kita menemukan
iklan layanan pengijasahan ilmu dari berbagai keilmuan seperti pelet,
kekebalan, trawangan, meramal, tarik benda, silat kontak, kontak batin, panggil
hodam / jin, tenaga dalam dll.
Dalam
kesempatan ini, penulis hanya membahas berdasarkan pengalaman pribadi dan
pengamatan di masyarakat berdasarkan kesaksian / testimonial langsung dari
mereka yang memaharkan sebuah ilmu.
Biasanya
dalam iklan yang banyak beredar, proses pengijasahan masih dibagi dalam
beberapa kategori, seperti mahar biasa, mahar khusus, mahar guru, mahar maha
guru dll..... (makin maha biasanya makin mahal
;)....
Begitu
pula iklan akan diakhiri dengan kata – kata, transfer keilmuan dapat dilakukan
secara langsung maupun jarak jauh, silahkan kirim mahar anda ke
rekening.......bla bla bla bla.... ;)
Pertanyaannya,....
Mungkinkah itu dilakukan ?????
Penulis
berani bertaruh pasti rekan rekan yang membaca artikel ini sedikit banyak telah
menjalani proses tersebut bukan ? hehehehe dan hasilnya ?? hanya anda yang tau
sendiri...
Sebagian
besar mungkin merasa kecewa dan tertipu,...sedangkan sedikit lainnya merasa
yakin dan beruntung karena berhasil mendapatkan ilmu dan manfaat yang
diinginkan.
Berdasarkan
pengalaman pribadi penulis, ada jenis keilmuan yang memang bisa ditransferkan
langsung kepada orang lain, seperti contohnya kekebalan, dan tenaga dalam.
Hanya
cukup meminum sebuah air asmak atau berjabat tangan dengan sang empu ilmu, maka
proses pemindahan keilmuan telah dapat dilakukan, dan dalam tempo sekian menit
orang telah memiliki kekebalan badan ( kebal bacok, dll ). Namun demikian tentu
derajat ilmu / energi yang ditransfer tidak akan bisa menyamai ilmu sang empu.
Dalam arti bila sang guru memiliki kekebalan badan 90 %, maka dengan proses transfer ilmu instan sang murid hanya memiliki kekebalan 50 % saja. Bila sang murid diberikan rapalannya, maka kekebalan bisa naik sampai 60 %. Dan bila ingin sampai 90 %, tentu sang murid harus melakoni apa yang dilakukan sang guru, ketika mendapatkan ilmu tersebut...... ( no pain no gain brother... wwkwkwkkw)
Dalam arti bila sang guru memiliki kekebalan badan 90 %, maka dengan proses transfer ilmu instan sang murid hanya memiliki kekebalan 50 % saja. Bila sang murid diberikan rapalannya, maka kekebalan bisa naik sampai 60 %. Dan bila ingin sampai 90 %, tentu sang murid harus melakoni apa yang dilakukan sang guru, ketika mendapatkan ilmu tersebut...... ( no pain no gain brother... wwkwkwkkw)
Begitu
pula dengan tenaga dalam, tentu energi yang dikirim hanya bersifat sementara
saja, dan perlahan akan memudar bila tidak dilatih dan dikembangkan / tidak
melakukan proses pengolahan lebih lanjut. Karena power yang dititipkan sang guru hanya bersifat cloning atau cangkokan saja. Sedangkan bila ingin mengembangkan
keilmuan secara sempurna, maka sang murid harus mengolah nafas secara aktif dan
kontinu, sehingga ilmu sejati benar benar lahir ( bangkit ) dari dalam dirinya
sendiri.
Kebangkitan
tenaga dalam ( chi ) biasanya
ditandai dengan terbuka nya cakra dasar dan cakra cakra lain seiring dengan
intensitas latihan. Ibarat sebuah ular yang bangkit ( kundalini ),..maka tenaga
itu akan naik melalui saluran tulang belakang menuju cakra tertinggi ( mahkota
– cakra ke 7 ). Terbukanya cakra akan mempengaruhi secara signifikan pasokan
energi seseorang, yang pada saat saat awal bahkan berimplikasi ke fisik (
biasanya panas dingin beberapa hari, sampai energi stabil dan tubuh bisa
menerima sempurna lonjakan energi ).
Secara teoritis
kebatinan, proses pengijasahan bisa dibagi dalam 3 tingkatan :
1. Pengijasahan tingkat
pertama
2. Pengijasahan tingkat
kedua
3. Pengijasahan tingkat
ketiga
Pengijasahan tingkat Ketiga
:
Sang guru memberikan rapalan / mantera / metode / teknik
kepada murid utk dilakukan sendiri sesuai pakem, dan bila ada lelaku tirakat
spt puasa dll, maka hal itu sepenuhnya dilakukan sang murid. Guru sebatas observer dan pembimbing saja.
Pengijasahan tingkat
Kedua :
Sang guru memberikan rapalan / mantera kepada murid utk
dilaklukan sendiri sesuai pakem, bila ada lelaku tirakat spt puasa dll,..maka
hal itu biasanya dilakukan 50 : 50.,...sang murid mengerjakan bagiannya, dan
sang guru mengerjakan porsinya. Misal, murid puasa 3 hari, guru puasa 7 hari
agar proses transfer sempurna.
Pengijasahan tingkat
Pertama :
Sang guru mengerjakan semua proses persiapan utk muridnya.
Bilamana ada tirakat, maka gurulah yang melakukannya. Sang murid tinggal duduk
manis dan merima transfer keilmuan saja. Bila pun ada sesuatu yang harus
disiapkan murid, biasanya amat ringan dan tidak membebankan. Guru akan
memberikan rapalan pada bagian akhir proses, dengan tujuan agar rapalan bisa
diamalkan murid hingga ilmu tetap tajam.
Secara teknis pengijasahan kedua dan ketiga biasanya akan
melibatkan pemberian energi awal /
energi pemancing / energi pembuka yang bertujuan untuk mengaktifkan sisi batin
murid dalam menerima inti ilmu. Energi awal bisa diberikan melalui berbagai
macam cara, dari sederhana berupa air asmak ( air doa ), proses jabat tangan,
sampai yang sedikit rumit melibatkan totokan di beberapa bagian tubuh murid.
Pertanyaan berikut di benak anda pastilah : “Apakah
Transfer Ilmu itu bersifat Permanen ?”
Tidak ada yang abadi di dunia fana ini, begitulah kira2
jawaban dasar dari setiap pertanyaan mengenai kekekalan. Dalam arti kata setiap
ilmu yang telah diberikan ( ditransfer ) kiranya tetap perlu di latih dan
diolah secara teratur. Sesedikit apa pun itu, penajaman / latihan sedikit
banyak perlu dilakukan.
Ibarat pemain bass kualitas no satu dunia pun masih tetap
perlu melakukan latihan fingering secara rutin dan berlatih terus menerus, bila
tidakmemainkan bass selama beberapa waktu......misal 3 bulan tentu kelenturan
jari jemarinya akan berpengaruh.
(Coba tanyakan kepada
mantan bassist yang mungkin sekarang lbh banyak sebagai programmer,...apa masi
bisa bermain selincah dulu............. hehe pisss cell)
Begitu pula dengan kebatinan, sebuah ilmu kekebalan yang
telah ditransfer sang guru baiknya dilatih rapalannya, agar ilmu tetap langgeng
dan stabil dari sisi kekuatan.
Kembali ke contoh kasus di atas, untuk ilmu tenaga dalam bila
murid tidak mengolah secara aktif, maka energi sang guru dalam diri murid
lambat laun akan habis seiring dengan aktivitas sehari hari. Murid harus
melakukan latihan olah napas teratur dan terus menerus agar energi guru menyatu
sempurna dengan dirinya,yang kemudian melahirkan sebuah kekuatan yang bersifat
aktif dan permanen.
Dalam masyarakat sering
kita dengar istilah ilmu tempelan ( sementara ) dan ilmu permanen.
Tempelan berarti ilmu / kekuatan yang diberikan hanya
bersifat sementara, biasanya kurun waktu 3 – 6 bulan saja. Setelah waktu
tersebut maka ilmu berangsur sirna dengan sendirinya.
Permanen artinya keilmuan cenderung menetap dalam arti kata
murid hanya melakukan penajaman ringan secara periodik.
Pada hakekatnya, istilah tempelan dan permanen kembali lagi
ke pengolahan aktif sang murid itu sendiri. Bilamana murid diajarkan untuk
mengolah ( penajaman ) dan murid melakukannya dengan sungguh sungguh maka boleh
jadi ilmu apa pun yang diberikan kepadanya akan langgeng dan menyatu sempurna.
Sebaliknya sebaik baiknya ilmu yang diberikan, bila murid tidak melakukan
pengolahan aktif, dikhawatirkan keampuhan ilmu akan berkurang seiring
berjalannya waktu.
Conclusion:
Sebagus bagusnya ilmu transferan tidak lebih bagus dari ilmu
yang didapatkan hasil pengolahan aktif diri sendiri, namun demikian proses
transfer / ijasah keilmuan dapat menjadi
mekanisme praktis dalam mendongkrak akselerasi penyerapan sebuah ilmu. Ibarat
kata, bila tadinya diperlukan usaha 5 th dalam mempelajari ilmu tertentu, namun
bila dibantu dengan energi sang guru, maka mungkin saja ilmu tsb dapat dikuasai hanya 3 th.
Bahkan di beberapa jenis keilmuan tertentu, proses
pembelajaran hanya dapat dilakukan setelah
sang guru menitipkan ( memberikan ) tenaganya sebagai pancingan dalam diri
murid. Dimana hal inilah yang identik dengan proses pengijasahan sebenarnya.
Cheers,
Ki Awan
“Real fighters never die,....they only fade away”
**. Hati hati segala bentuk penipuan !! yang mengatasnamakan Ki Awan / Magic Glow Team. Komunikasi selalu dilakukan melalui 2 alternatif berikut :