Fenomena Kerasukan atau Hambatan
Psikologis ??
Di masyarakat marak terdengar berbagai kasus kerasukan, baik menimpa
individu maupun kolektif ( masal ). Hampir secara berkala kita mendengar berita
televisi mengenai fenomena kerasukan masal
murid murid sekolah selevel SLTP / SLTA, dan anehnya most of them
menimpa kaum hawa.
Pada suatu waktu belasan pekerja garmen ( tekstil ) yang didominasi
kaum perempuan berteriak teriak histeris siang bolong pada jam kerja. Kasus
lain, pekerja mengalami kerasukan dengan meracau dan berperilaku tidak biasa,
hanya karena memindahkan barang dari sebuah gudang kosong. Korban korban lain
dari peristiwa serupa bertindak di luar kewajaran dari situasi normal
keseharian mereka seperti : meronta ronta, menggigil, penurunan kesadaran,
susah di ajak komunikasi sampai jatuh pingsan.
Fenomena apakah ini ??
Mari coba kita kaji dari sisi psikologi
dan spiritual, agar mendapatkan perspektif berimbang dan kaya alternatif
solusi. Sebelum kita tarik kesimpulan umum dan saran ( jadi inget bikin sripsi
dulu ),..ada baiknya kita telaah fakta dan data di lapangan.
1.
Kasus “kesurupan” masal kebanyakan menimpa kaum hawa
2.
Fenomena kesurupan amat jarang terjadi pada segmen
ekonomi atas
3.
Negara modern mengenal kesurupan ?
4.
Banyak kasus kesurupan, kembali berulang setelah
seorang dukun ( juru sembuh ) berhasil mengatasi gangguan
Kasus “kesurupan” masal kebanyakan menimpa kaum hawa
Hal ini bukan berarti kaum laki laki
kebal terhadap kesurupan, hanya saja fakta di lapangan lebih menyebutkan
perempuan lebih rentan kasus kesurupan masal.
Menjadi pertanyaan menarik mengapa
pekerja pabrik yang kebanyakan pria tidak mengalami nya ? Apa hodam / jin pilih
pilih dan hanya mau masuk ke raga wanita ?? hehe
Secara psikologis wanita cenderung lebih
mementingkan aspek perasaan dan emosi dalam menilai setiap hal atau kejadian
dalam hidupnya. Interaksi dengan lingkungan dan orang lain juga tidak lepas
dari basic nature ini.
Kita tahu bahwa dalam dunia gaib dan
spiritual emosi memegang peranan penting. Sudah sering dibicarakan bahwa mereka
yang mengedepankan aspek rasio ( tidak percaya takhayul ) amat jarang mengalami
gangguan gaib mapun melihat fenomena tak kasat mata dalam hidupnya.
Wanita juga memiliki tingkat empati umumnya lebih tinggi dari pria, sehingga
mereka mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang terdekatnya. Gabungan
antara emosi, perasaan & empati tinggi menyebabkan mereka rentan terhadap
kesurupan yang seolah “menular” dari satu orang ke lainnya di sebuah tempat
& peristiwa sama.
Tentu hal hal di atas baru sebatas
asumsi dan perlu kajian mendalam lebih lanjut. ;)
Fenomena kesurupan amat jarang terjadi pada segmen ekonomi atas
Pernahkah anda melihat orang kaya dengan
rumah mewah dan segudang mobil mengalami kesurupan ? Bila Ya, seberapa sering
hal ini terjadi di sekitar kita. Bandingkan dengan mereka yang hidup jauh di
bawah garis kemiskinan yg termasuk kaum marginal.
Apakah jin agak males utk masuk ke raga
orang berduit ??? wkwkwkwk.......Ataukah sekedar kebetulan belaka ?
Bagi mereka yang hidup pas pasan,
berjuang untuk makan pun sulit....baik di pemukiman padat maupun pedesaan,
kejadian kesurupan telah menjadi bagian dari keseharian. Tampaknya tekanan
ekonomi amat mempengaruhi kondisi psikis mereka.
Jiwa yang lelah rentan menjadi sasaran
empuk serangan gaib. Suka atau tidak suka, kelelahan mental ( fatique ) dan juga fisik menyebabkan
pertahanan jiwa kurang maksimal. Sama persis sebuah bakteri mudah masuk ke
mereka yang sedang tidak fit / bugar. Tidak mengherankan hodam luar mudah
menyerang mereka, dan menimbulkan kerasukan.
Apakah fenomena kesurupan lebih
merupakan represi mental yang keluar pada situasi tertentu sebagai akibat berbagai
tekanan hidup ( ekonomi diantaranya ) ??
Tekanan mental yang “seharusnya” hanya
bocor dan keluar sebatas simbol simbol dalam mimpi ( bawah sadar )...malah
muncul menjadi sebuah perilaku nyata antara sadar dan tidak.
Sebuah Pejalan tidur misalnya,...apakah
sekedar gangguan tidur biasa ? atau karena ada faktor mental yang berperan. ?
Bagaimana dengan kerasukan.,...apakah
tidak lebih dari pada manifestasi “mimpi” yang berlebihan dan terjadi saat
kondisi tidak tidur ??
Sebegitu parahkan kondisi mental orang
yang rentan kesurupan sehingga memunculkan bayangan bayangan tertentu dalam
pikirannya ? Dimana seolah olah dia merasakan ( bahkan melihat dalam pikiran )
ada jin yang bercokol di dalam raga.
Pertanyaan pertanyaan ini penting kita
resapi apabila ingin menilik lebih dalam fenomena kesurupan sebenarnya.Seorang
juru sembuh khususnya dan praktisi berpengalaman harus mampu membedakan, mana
kejadian kesurupan murni karena gangguan gaib, atau sekedar karena
ketidakmampuan psikis semata.
Salah satu ciri mencolok yang sedikit
banyak bisa dipakai sebagai bagian dari assessment adalah : ketika pasien
diminta menyebutkan nama Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa atau nabi atau nama nama
orang suci ia mampu menyebutkan dengan lancar dan gampang, itu pertanda kerasukan
akibat pikiran sendiri.
Sebaliknya ketika pasien ketakutan dan
kesulitan atau terbata bata bahkan menolak sama sekali dalam mengucapkan sebuah
doa, atau menyebut Tuhan Yang Maha Esa, bisa jadi ada gaib yang memang
merasukinya.
Memang, hal ini tidak bisa melulu dan
mutlak dijadikan patokan, ada kasus pengecualian dimana gaib merasuki namun pasien
dengan lancar mengucapkan doa doa tertentu. Sekali lagi, perlu pengamatan detail sekaligus bijak dalam proses pengukuran.
Ketergesaan tidak perlu dan terburu buru berlebihan hanya akan berujung hasil fatal.
Kembali kepada aspek ekonomi, coba anda
amati apakah mereka yang terkena kesurupan rata rata memiliki pekerjaan tetap ?
memiliki hobi dan pintar bergaul di tengah masyarakat ? atau sebaliknya mereka
cenderung pasif, hidup monoton tanpa pekerjaan
jelas, tanpa daya, tdk ada usaha sampingan atau keinginan utk
meningkatkan taraf hidup. Tidak memiliki kreativitas dan kemauan keras untuk
berusaha.
Coba amati lagi dari sisi keaktifan olah
gerak fisik, apakah mereka yg kesurupan cenderung berlatar belakang aktif
berolah raga ? sehat secara fisik ? atau sebaliknya, lemah fisik, sakit menahun
misal asma tak kunjung sembuh, maag kronis yang kerap kambuh, tidak pernah
berolah raga, bahkan sekedar joging pun sudah tidak memiliki waktu lagi.
Slogan “Mens sana in corpore sano ” (dalam tubuh sehat
terdapat jiwa sehat )
Kiranya nyata berkontribusi dalam fenomena kerasukan.
Menjadi menarik untuk studi lanjutan,
seberapa banyak secara statistik para pemain sepak bola dan basket atau
badminton di level nasional atau bahkan internasional pernah mengalami
kerasukan, dibandingkan dengan mereka yang tidak aktif berolah raga.
Negara modern mengenal kesurupan ?
Bila anda memiliki kerabat dan kolega yg
lama bermukim di negara maju, coba tanyakan kepada mereka apakah fenomena
kesurupan terjadi.
Tanyakan juga kepada mereka yang pernah
berada di negara dunia ketiga..... atau mereka yang pernah bermukim di
kebudayaan lain, seperti Rusia misalnya.
Ataukah fenomena kerasukan “hanya”
identik dengan suatu daerah ( negara ) yang kental adat istiadatnya ? seperti
indonesia. Bagaimana dengan Thailand, malaysia, brunei, atau Jepang ? Negara
matahari terbit yang tersohor dengan mix culture, between kecanggihan teknologi
sekaligus tradisi.
Sebagai sebuah “diagnosa” awal,
tampaknya ada sebuah korelasi antara sistem belief ( kepercayaan ) masyarakat dengan frekuensi
terjadinya kerasukan. Bagi mereka yang sejak kecil lahir, tumbuh dan akrab
dengan kepercayaan dimana hal hal tahayul menjadi sebuah penjelasan masalah,
kemungkinan besar kembali menggunakan value dan sistem nilai “primitif”
tersebut sebagai acuan & filter persepi
pemikirannya.
Coba bandingkan dengan seseorang yang sejak
bayi sampai remaja tidak pernah bersinggungan dengan hal hal takhayul, misal
latar belakang kedua orang tua adalah dokter / dosen di sebuah perguruan
tinggi. Dan dia tumbuh besar di perkotaan negara maju. Contoh nya new york /
washington dc. Kira – kira seberapa besar ketika dewasa mengalami probabilitas
kesurupan, bahkan ketika ia bermukim di sebuah pedalaman Nusantara dalam waktu lama
( misal 20 th ). ??
Dengan back ground seperti itu dapat
diprediksi kecil kemungkinan ia mengalami kesurupan. Kalau pun mungkin ia
secara mental lemah bahkan mengalami mental disorder ( gangguan kejiwaan ),
maka bisa “dipastikan” akan
termanifestasi dalam bentuk bentuk lain, misal depresi, manic depresif, obsesive
compulsive dll.....Mengapa bisa demikian ? Karena pikirannya tidak mengenal
kata kesurupan.
Tidak ada kamus kesurupan sepanjang bayi
s/d remaja dalam pola asuh dan lingkungan sekitarnya.
Dia dibesarkan dari
kalangan akademisi, hidup di perkotaan negara maju dimana tentu aspek nalar dan
rasio menjadi pertimbangan utama upon the other matter. Dengan set pikiran mental
demikian, baik secara sadar maupun unconscious,Ybs tidak mampu memunculkan
kesurupan dari pikiran sendiri, karena ybs tidak mengenal, tidak paham, tidak
tahu apa itu konsep kesurupan.
Kesurupan menjadi sebuah konsep asing
bagi dinya. Hal ini ibarat memberi tahu rasa sebuah singkong panggang kepada orang di antartika yang
bahkan belum pernah liat gimana tu bentuk pohon singkong. ;)
Apakah orang ini masih bisa
kesurupan ? ya bisa saja, kemungkinan
selalu ada. Kesurupan bisa menimpa siapa saja, baik raja, pejabat, pengemis,
maupun artis. Hanya probabilitas nya saja yg berbeda beda. Toh kesurupan karena
gangguan gaib dan serangan oknum dukun gelap selalu mengintai bukan ?
Banyak kasus kesurupan, kembali berulang setelah seorang dukun (
juru sembuh ) berhasil mengatasi gangguan
Hal terakhir dan kiranya terpenting dari
pembahasan ini adalah adanya pasien kerasukan yg kembali mengalami kerasukan
setelah selang beberapa hari. Kejadian ini bahkan bisa berlangsung berkali kali
selama berbulan bulan bahkan tahun. Mengapa demikian ??
Dari pengalaman penulis sendiri, hal ini
bisa terjadi karena beberapa faktor, dan gabungan banyak faktor pencetus.
Secara umum, dari sisi mistis bilamana juru sembuh telah berhasil mengusir roh
dari badan korban, seharusnya roh yg sama hampir tidak mungkin kembali merasuki
korban. Hal ini telah menjadi semacam kode etik dalam dunia gaib itu sendiri.
Ibarat petarung yang kalah hampir mustahil menantang kembali dalam waktu dekat.
Bila korban mengalami kerasukan berkali
kali dengan roh berbeda beda, patut menjadi pertanyaan apakah ada faktor fisik
yang mempengaruhi ? korban lemah secara mental dan ekonomi ? apakah korban
cenderung tidak kuat terhadap stress ?
Yang sy ingin sampaikan adalah kerasukan
merupakan fenomena tidak biasa apalagi bila terjadi berulang kali. Untuk itu
harus diselidiki latar belakang keluarga, pola asuh masa kecil, kejadian
traumatis, riwayat genetis, riwayat penyakit medis dll kepada korban kesurupan
berulang, hingga diperoleh data akurat.
Dalam penanganan, ada baiknya juru
sembuh aktif melibatkan korban dalam membuat benteng pertahanan bagi dirinya.
Sehingga ia tidak terus tergantung kepada praktisi gaib sepanjang hidup.
Terkadang praktek dilapangan kita tidak
selalu bisa membagi korban kerasukan menjadi 2 sumber, yaitu sumber internal
dan eksternal. Sering kali yang terjadi adalah campuran diantara keduanya.
Korban secara mental lemah dan sering
memunculkan “roh” “roh” dalam dirinya
sendiri yang sebenarnya tidak ada secara gaib. Di sisi lain, karena lemah secara
fisik ditambah belief kental kehidupan mistis, ybs kerap sungguh sungguh
kerasukan roh dari luar. Oleh karena itu tentu saja penanganan holistik
diperlukan utk kasus seperti ini.
Sebagai penutup bagian ini, ciri dari
orang yang tidak benar benar kerasukan jin / roh eksternal, biasanya adalah
terjadi lagi setelah beberapa hari. Sekali lagi ini hanya ciri dominan dan
tidak harus demikian.
Hal ini penting dicamkan agar jgn sampai
penyembuh terjebak kepada permainan pikiran sang pasien sendiri. Segera alihkan
ke ranah psikologi profesional bahkan
psikiater bilamana menemukan kasus kerasukan berulang. Karena pendampingan kontinu dengan dasar dasar ilmu perilaku
mutlak diperlukan agar akar masalah dapat diselesaikan tuntas.
Ada bahaya besar dari pasien yang
memunculkan “roh” hasil imajinasi sendiri. Saking real nya, dan saking
menjiwainya pasien akan “roh”( sebenarnya tidak ada ) tersebut maka perilaku
yang muncul seakan akan sama persis dengan kerasukan sebenarnya. Tentu bagi
penyembuh amatir dan kurang berpengalaman akan mengira ada roh / jin yang
bercokol dalam raga pasien. Apalagi bila kemampuan gaib juru sembuh dalam
trawangan ( mata batin ) lemah, maka
dapat dipastikan diagnosa tidak tepat dan cenderung mengamini sang pasien
diserang roh dari luar. Hal ini akan berakhir dengan tindakan keliru dan
penanganan yang rentan membentuk lingkaran setan. Pasien “kerasukan” – disembuhkan
– kembali “kerasukan” dan seterusnya.
Bisakah Pikiran negatif terus menerus
dan halusinasi / imajinasi akan “roh” malah mendatangkan roh dari luar secara
nyata ? Jawabannya bisa !!. Tentu hal ini tergantung seberapa kuat imajinasi
dan seberapa kronis daya imajinasinya. Namun demikian, amat jarang kekuatan
imajinasi seseorang sanggup mengundang roh yang sampai menyebabkan dirinya
kerasukan. Yang lebih sering terjadi adalah pikiran diri sendiri menyebabkan
seolah olah dirinya kerasukan. Kalau pun ada roh luar yang masuk karena pikiran
negatif, biasanya kadar power lemah dan tidak bisa sampai menyebabkan
kerasukan.
Roh roh luar hasil “panggilan” pasien
sendiri itulah yang seringkali disalah tafsirkan oleh penyembuh pemula. Padahal
bukan itu akar rumput masalahnya. Mencabut roh roh eksternal lemah itu tidak
akan menyelesaikan problem, malah semakin meyakinkan pasien akan sistem
kepercayaannya dan kembali menempatkan diri terpuruk lembah kelam salah persepsi
self belief.
Saya pertegas, juru sembuh harus benar
benar mampu melihat jelas mana roh luar yang mengendalikan raga korban
kerasukan dan mana roh roh luar yang sekedar bercokol tp bersifat minor dan
“tidak berbahaya”. Bukan tidak mungkin dalam raga seseorang banyak bercokol beberapa
roh sekaligus, bahkan diantara roh roh itu banyak roh yang sebenernya bersifat
putih / posifif yang membantu kehidupan
pribadi sang korban.
Bilamana ilmu gaib trawangan dan ilmu
khodam penyembuh masih di level rendah, tentu menggolongkan mana hodam putih
dan mana hodam gelap sebagai basic pun merupakan pekerjaan sulit.
Agar tidak bingung, dari berbagai uraian di atas dapatlah kita
golongankan kerasukan secara umum menjadi dua tipe berdasarkan sumber roh :
1.
Kerasukan karena roh roh luar, kita kenal ini
kerasukan yang sebenarnya
2.
Kerasukan karena pikiran sendiri, kita kenal ini
sebagai kerasukan palsu / kerasukan internal / Kerasukan semu. Karena secara
gaib, tidak ada roh yang merasuki badan korban.
Saran dan Kesimpulan :
Kita sebagai bagian dari society, secara
bijak janganlah cepat memberi label fenomena kerasukan semata mata karena
gangguan mahluk gaib. Sebaliknya menjadi catatan kita semua, diperlukan banyak obervasi
utk menentukan sumber dan solusi yang tepat.
Sebagai praktisi kebatinan, ada baiknya
dibekali pengetahuan ilmu kejiwaan (
psikologi – ilmu perilaku ) sehingga bisa lebih mudah mendiagnosa pasien.
Penanganan pasien kerasukan baik
individual mapun masal harus dilakukan secara cermat, cepat, dan berhati hati.
Pantang dilakukan berbagai tindakan fisik yang dapat menyebabkan penderitaan
bagi pasien, bahkan resiko kematian. Apapun tujuannya, sebuah tindakan kurafif
harus dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek aspek keselamatan jiwa raga
korban.
Tahap akhir yang paling penting dalam
penanganan korban kerasukan adalah post counseling, yang dilakukan juru sembuh
setelah kejadian kerasukan berlangsung. Post counseling sebaiknya dilakukan
setelah beberapa hari kejadian sehingga pasien memiliki cukup waktu untuk
recovery mental juga fisik.
Melakukan post counseling sesaat setelah
pasien sadar hanya akan menambah beban korban yang sedang dalam kelelahan.
Bayangkan bila itu tetap dilakukan ditengah kerumunan massa atau keluarga yang
menonton ! Sungguh tidak nyaman dan etis bukan ?
Maka dari itu bila memungkinkan penanganan
korban kerasukan harus dilakukan dalam sebuah ruangan tertutup yg nyaman,
dihadiri beberapa orang anggota keluarga terdekat saja.
Tempat penanganan yang proper dan tepat
menjadi hal crusial, terutama dalam kasus kerasukan masal. Segera isolasi mereka
yang mengalami kerasukan di ruangan berbeda, agar jangan sampai mempengaruhi
atmosfer para pekerja / siswa / orang lain di sekitarnya dan menimbulkan efek
domino“menular” .
Bagaimana Teknis Penyembuhan Korban Kerasukan ?
1.
Jangan pernah cepat berasumsi bahwa kerasukan selalu
karena roh dari luar
2.
Lakukan observasi cermat dan berhati hati dalam
menarik kesimpulan
3.
Bagi juru sembuh berpengalaman, kerasukan baik dari
dalam maupun luar bisa disembuhkan dalam beberapa menit (kurang dari 5 menit ),
bahkan pada tahap ekstrim kerasukan roh luar dapat dicabut secepat kebasan
tangan saja.
4.
Bagi yg blm berpengalaman, penanganan kerasukan akan
berjalan lambat dan menimbulkan kelelahan sang pasien. Hal itu bisa berlangsung
2 -4 jam bahkan lebih. Pada tahap
ekstrim bisa sampai 24 jam atau lebih. Tentu menjadi fatal dan mengancam jiwa
karena kondisi fisik korban terus merosot, sedangkan tubuh perlu makanan
minuman untuk tetap hidup.
5.
Penyembuhan roh luar bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan,
keagamaan adalah salah satunya. Menggunakan berbagai macam bentuk doa, misalnya
ayat kursi bagi umat islam yang sudah amat terkenal aplikasinya. Agama lain
menggunakan doa doa yang disesuaikan dengan kepercayaan dari sang juru sembuh.
Bila mana pasien dan juru sembuh kebetulan satu agama / aliran kepecayaan maka tentu
teknik ini menjadi kelebihan tersendiri. Karena pasien lbh mudah utk diajak
bekerjasama dalam mengucapkan doa doa yang diarahkan juru sembuh.
Reaksi akan berbeda beda tergantung jenis roh luar yg masuk ke dalam raga
pasien. Ciri umum adalah pasien merasakan hawa panas akibat kekuatan aura doa
tersebut. Penyembuh juga bisa menggunakan simbolisasi agama seperti berbagai
tokoh orang suci dalam proses ini.
6.
Penyembuhan dengan teknik simbol keagamaan bahkan
dapat dipergunakan dalam kasus kerasukan internal. Pada intinya sang pasien
diberi sugesti untuk mengusir menggunakan kekuatan tokoh suci dari sistem
kepercayaan / agama yang dianut. Sang juru sembuh hanya bertindak sebagai
moderator / pengarah saja. Sang pasien lah yang mengusir “roh” tersebut dan
membebaskan dirinya sendiri dari belengu pikiran fiktif.
7.
Penyembuhan kerasukan menggunakan mantera khusus /
campuran doa. Juru sembuh yang memiliki bacaan khusus utk penanganan kerasukan biasanya
lebih cepat dalam mengatasi masalah kerasukan roh luar. Terkadang bentuk
mantera bercampur dengan doa sesuai agama / kepercayaan yang dianut sang penyembuh.
Dalam aplikasinya penyembuh berusaha hanya mengandalkan kekuatan dirinya
sendiri. Kelemahan dari teknik ini adalah tidak dilibatkannya pasien, sehingga pasien
pasif juga tidak mendidik mental korban jika sewaktu waktu mengalami kejadian sama.
Kelebihan teknik ini selain relatif cepat juga berguna ketika pasien mengalami
kondisi ekstrim tidak sadarkan diri / susah diajak komunikasi bahkan mengamuk
dan meronta ronta hebat.
8.
Teknik tenaga dalam, aura tubuh juru sembuh digunakan
sebagai sumber kekuatan utama menarik roh luar keluar dari raga pasien. Juru
sembuh yang bisa mengendalikan tenaganya secara sempurna tentu amat mudah dalam
menyelesaikan persoalan kerasukan ini. Tinggal perang kekuatan saja antara
power jin/roh dan dirinya. Bisa saja dalam sekali tarikan napas masalah selesai
hehehehe apalagi bila teknik hawa murni ini digabungkan dengan kekuatan batin
penyembuh, ibarat mengambil permen dari bayi semata.!
9. Teknik sugesti,
biasanya berguna dalam praktek lapangan,
dimana pasien yg masih bisa diajak komunikasi diminta untuk bersama sama
bangkit melawan roh dalam dirinya. Teknik ini akan efekfif bila berdiri bersama
teknik lain, misalnya teknik doa.
10. Penyembuhan
kerap kali dilakukan dengan berbagai penekanan bagian tubuh pasien guna
memperlancar jalur “keluar” sang roh. Misal pembacaan doa di kuping kiri pasien
sambil memencet jempok kaki pasien. Atau menekan ibu jari kaki dengan merica
sambil dibacakan mantera, aliran lain menekan dan meniup ubun ubun sang
pasien.dll.
Kombinasi teknik fisik ini sah sah saja selama tidak menyakiti pasien dan
sifatnya tidak berefek fatal. Adalah malpraktek bilamana juru sembuh mencekik
pasien dengan tujuan mengeluarkan roh dari badan. (Yang ada roh keluar bersama
jiwa pasien.......... urusan ribet dah.)
Tampak konyol bukan ? percaya atau tidak hal ini kerap terjadi, karena asumsi
menyiksa raga pasien sama saja menyiksa roh dan berharap roh keluar
secepatnya. (Very stupid thought )
11. Satu hal
terkadang dilupakan juru sembuh adalah finishing akhir setelah roh berhasil
dicabut keluar. Yakni berupa transfer energi dan pemagaran badan pasien. Hal
ini penting agar kondisi pasien cepat recover ke kondisi semula, juga tidak ada
hodam luar yang masuk kembali ke badan pasien. Transfer energi bisa dilakukan
dengan berbagai metode sesuai aliran masing masing sang paranormal. Media air
putih biasa adalah terfavorit ;)
Begitu jg dengan pemagaran badan, ada teknik tiup,..teknik sembur, teknik
napas ( prana ), teknik kedutan perut, teknik mantra, menggunakan ageman, gabungan
berbagai teknik sekaligus, dll. Beberapa dukun juga menggunakan teknik semburan
air doa / campuran air dengan media tertentu dalam mengusir roh ketika proses
penanganan kesurupan berlangsung.
Konseling Pasca
Kerasukan, khususnya utk kerasukan internal ( kerasukan palsu / semu ) berulang
:
Sekedar sembuh ketika kerasukan tidaklah cukup, masalah belum dikatakan
selesai. Cobalah setelah 3-4 hari atau sepekan dari kejadian, juru sembuh
mendatangi pasien kerasukan internal berulang, untuk konseling selama kurang
lebih 30 menit. Ini amat penting untuk memutus siklus sembuh – kambuh. Hal ini
juga sebenarnya amat baik dilakukan bagi semua korban kerasukan secara umum,
sebagai preventif di masa depan.
1.
Tanyakan waktu itu apa yang ia alami, rasakan ,
lihat dan dengar
2.
Tanyakan proses yang terjadi sebelum kerasukan,
selama proses penyembuhan, sampai sadarkan diri, apa yang dirasakan dan alami.
3.
Dari poin 1 & 2, bilamana ada indikasi stress
berat juga gangguan psikologi ( perilaku ) yang memerlukan penanganan
terprogram, jangan ragu sarankan bantuan profesional seperti psikolog /
psikiater kepada pasien dan keluarga.
4. Tanamkan sugesti
positif dan cara cara menguatkan mental pasien agar ia dapat menumbuhkan
benteng pertahanan diri alami dari dirinya. Ajari utk melakukan afirmasi self
hipnosis beberapa kali setiap hari sebelum tidur malam. Bila perlu boleh
diberikan anjuran doa khusus sesuai agama / kepercayaan pasien.
5.
Beri pemahaman fenomena kerasukan itu seperti apa
dan bagaimana kaitannya dengan kapasitas mental dan juga kebugaran badan.
6.
Pada intinya berikan pemahaman bahwa ia berkuasa
atas dirinya sendiri, bukan orang lain dan bukan siapa pun, termasuk mahluk
gaib, jin dan roh. Tidak ada yg perlu ditakuti kecuali Tuhan Maha Sempurna.
Setiap mahluk asing yg masuk atau hendak
masuk dalam pikiran dan jiwa raganya mudah diusir dengan kekuatan diri sendiri
dan bantuan pertolongan Tuhan.
7.
Ajak pasien untuk berolah raga aktif secara rutin
untuk mengusir rasa jenuh dan meningkatkan daya tangkal stress
8.
Sarankan pasien utk
rajin relaksasi, meditasi dan olah napas agar hormon reduce kadar stress
dan menguatkan imunitas diri baik fisik maupun mental
9.
Tumbuhkan kesadaran diri, kepercayaan diri, kemauan
bangkit berusaha untuk terus hidup dengan bijaksana jauh dari pikiran negatif
dan mampu berdikari sendiri
10. Semua proses ini
tentu mustahil dilakukan dalam sekali kesempatan, paling tidak dasar dasar
utama bisa diinfokan kepada korban.
11. Jangan lupa
libatkan dukungan keluarga dan orang terdekat, karena sosialisasi dan daya
dukung sekitar amat diperlukan korban selama masa pemulihan.
12. Ajak pasien
bersosialisasi dalam berbagai kegiatan +, misalnya kerja bakti, donor darah, kegiatan keagamaan, kepemudaan, karang
taruna, bakti sosial, atau komunitas hobi, dsb
13. Berikan
penyuluhan kepada korban dan keluarga bahwa percaya hal hal gaib adalah hak
setiap orang, namun mempercayai hal itu berlebihan tanpa disertai nalar sehat
hanya akan membawa kesengsaraan semata. Giring ke pola berpikir rasional dan
sehat serta selalu percaya kepada pertolongan Tuhan Yang Maha Esa. Bijak dalam
mengambil asumsi dan tidak cepat percaya akan hal hal berbau takhayul / mistis.
Cheers,
Ki Awan
Magic Glow Team
**. Hati hati segala bentuk penipuan !! yang mengatasnamakan Ki Awan / Magic Glow Team. Komunikasi selalu dilakukan melalui 2 alternatif berikut :