Kamis, 12 Mei 2016

Arti Penting & Cara Pengisian Sebuah Media Dalam Dunia Paranormal

Arti Penting & Cara Pengisian Sebuah Media Dalam Dunia Paranormal

https://api.whatsapp.com/send?phone=6281212233535

IG : @kiawan357

Youtube : Ki Awan

“ Ki,...minta dibuatkan media dunk untuk saya agar.............. dan ...............”



Petikan kalimat itu seringkali terucap oleh para klien di keseharian penulis dalam kiprah dunia keparanormalan. Banyak pasien ( klien ) memesan aneka media untuk berbagai hajat dan kepentingan. Kita akan coba bahas sedikit lebih dalam penggunaan media dalam dunia supranatural.




Mengapa sebuah media dianggap penting dalam dunia batin ?

Hal ini karena kekuatan akan lebih stabil dan cenderung lebih awet bila tersimpan dalam sebuah wadah / media. Ibarat membawa air minum, tentu anda membutuhkan wadah dalam menampung air tersebut bukan ?

Sebuah air yang tersimpan dalam ember di pekarangan rumah tentu akan lebih mudah utk dipindahkan, dipakai, ditambah, diberikan kepada orang lain dsb, dari pada jika air tersebut hanya berceceran / berserakan di halaman anda.

Begitu juga dengan media dalam dunia batin, berfungsi utk menampung energi / power yang disalurkan ke dalamnya. Bila diisikan juga hodam ke dalam media tersebut, maka otomatis media menjadi “rumah” bagi sang hodam, dimana hodam akan lebih mudah memantau dan membantu majikannya sesuai dengan apa yang diperintahkan.


Dalam dunia kebatinan dan gaib, media dapat dikelompokan menjadi :





1.      Media pengasihan / kerejekian / pelet / mahabah : contoh (keris semar mesem, aneka wafak dari kulit kijang, mani gajah, batu combong, koin mas soekarno, balok mas,kecubung, bambu pethuk dll.)

2.      Media utk pamor, wibawa, kekuasaan, derajat, pangkat, martabat. Contoh : (keris nogososro,pusaka gada, keris semar mesem, pusaka trisula, dll)

3.      Media pagaran  / perlindungan / pantekan / keamanan. Contoh : (paku rajah kuning, daun kelor, bambu kuning, aneka wafak dan rajah dalam sapu tangan, susuk kedigjayaan, pasir asmak, abu asmak, garam asmak, keris, kujang dan aneka pusaka yang bertuah perlindungan)

4.      Media penyembuhan / pembersihan / ruwat / buka aura. Contoh : (rajah mandi, air asmak khusus, aneka susuk kecantikan, dll )

5.      Media penyerangan. Contoh : ( tanah kuburan, air rendaman mayat, boneka santet, paku gelap, jarum, silet, kawat, beling / kaca, pasir, dll)


Terkadang untuk mencapai sebuah maksud atau hajat, sang paranormal akan menggabungkan beberapa media sekaligus. Misalnya untuk ritual pengasihan, bisa saja dilakukan dengan pembersihan aura dahulu baru diberikan media media berbau pelet. Hal itu agar efek media pelet dapat bekerja dengan maksimal dan sempurna terhadap diri sang klien.

Cara penggunaan media sesuai petunjuk dari sang pemberi, ada yang diminum atau makan, mandi, cukup di bawa dalam dompet / tas sampai beberapa media yang perlu diritualkan khusus. Misalnya berupa pusaka yang pada waktu waktu tertentu harus diberi kembang dan bakaran kemenyan.


Mekanisme kerja sebuah media adalah dengan mempengaruhi medan magnetik sekeliling. Jadi ketika sebuah media dibawa seseorang, media tersebut jg secara otomatis akan berinteraksi dengan aura sang pemilik, disamping tentu dengan orang orang yang ada di sekitarnya.

Range atau radius pancaran tuah sebuah media mulai dari jarak hanya beberapa cm sampai dengan ratusan meter. Bahkan bila pembuatnya mumpuni dan memberikan power besar, bukan mustahil sebuah media memiliki pancaran sampai beberapa km.

Untuk pancaran aura media berkilo kilo meter biasanya bukan media biasa. Namun berupa pusaka yang beryoni tinggi dan digabungkan dengan power sang pemberi.

Seakan tidak kalah canggih dengan sistem IT, maka media pun bekerja sesuai dengan coding dari pembuatnya. Artinya utk media tertentu yang spesifik ditujukan utk sebuah hajat / sebuah hal / seseorang, maka tuah tidak bekerja diluar dari target yang telah ditentukan. Dengan kata lain, orang orang yang tidak menjadi sasaran objektif tidak terpengaruh dengan media khusus tersebut. Contoh : Media pengasihan khusus yang ditujukan kepada seorang target PDKT. Otomatis tuah media dominan hanya kepada nama yang disebutkan dalam proses asmak tersebut.


Lain hal nya apa bila media pengasihan tersebut tidak dikunci utk target spesifik. Maka otomatis tuah akan tersebar dan mempengaruhi setiap orang yang berada di sekitarnya.

Pada intinya kembali lagi, media menjadi sebuah sarana bagi praktisi spiritual untuk memberikan energinya kepada sang klien. Menjadi sebuah tempat / wadah bagi kekuatan kekuatan yang dapat dimanfaatkan utk kepentingan tertentu. Menjadi sebuah rumah bagi jin atau hodam yang terkandung di dalamnya. Kendati demikian tidak semua media mengandung hodam. Juga energi yang terkandung didalamnya sangat tergantung dengan jenis kekuatan yang diisikan.





Biasanya ada 2 buah kekuatan yang bisa dimasukan kedalam sebuah media, yaitu penggunaan energi batin dan energi tenaga dalam atau hawa murni. Selain itu agar tuah menjadi kuat dibarengin pemasukan sugesti ke dalam media tersebut. Prinsip kerjanya mirip sebatang logam yang diinduksi dengan sebuah magnet. Setelah proses induksi selesai maka logam tadi mengandung kekuatan magnetik, seperti yang ditularkan sumber magnet kepadanya.

Hodam dapat dipanggil dan dimasukan ke dalam media ( tentu dengan mantera khusus dan ritual tertentu ). Hodam akan memperkuat media dan bisa menjadi sebuah sarana aktif bagi sang paranormal untuk mencapai hajatnya. Hodam tersebut akan disuruh dan diperintah sesuai dengan keinginan sang praktisi. Dimana pada akhirnya semua itu  tentu demi mencapai apa yang diinginkan si pasien itu sendiri.

Energi dan tuah yang terkandung di dalam sebuah media amat ditentukan oleh besarnya tenaga yang dimasukan. Makin tinggi tingkatan seorang  praktisi maka semakin tinggi pula level energinya. Kendati demikian tinggi level belum tentu besar dalam hal power. Oleh karena itu kekuatan juga menjadi faktor kunci dalam hal ini.

Praktisi yang memiliki power besar tentu dapat menyalurkan energi yang jauh lebih banyak, walau belum tentu tinggi tingkatan energinya.

Sebuah media yang mumpuni harus memiliki dua syarat yakni tingkat energi yang tinggi ( murni ) dan besar power yang luar biasa.

Dalam rangka mencapai tujuan ini, praktisi memerlukan usaha tambahan seperti ritual tertentu, tirakat, semedi, puasa, dsb. Semua lakon batin itu semata mata untuk menghasilkan output yang maksimal kepada media. Maka dari itu tidak mengherankan apabila harga / mahar media media tertentu amatlah mahal. Itu sebanding dengan beratnya usaha batin ketika membuat media tersebut.

Pada jenis media tertentu, khususnya yang akan diisikan hodam dengan level tinggi. Terkadang diperlukan korban khusus dari mulai ayam, kambing hingga sapi. Semua itu tergantung kesepakatan antara hodam dan sang praktisi. Namun demikian harap berhati hati dengan hal ini, terkadang hanya dijadikan alasan oleh oknum paranormal untuk memeras para pasien.

Kekuatan media biasanya efektif dalam 100 hari pertama setelah media dibuat. Setelah itu energi lambat laun akan turun dan melemah. Sama seperti batu baterai yang akan melemah secara perlahan sesuai banyaknya pemakaian. Tidak ada yang abadi dan kekal di dunia ini. Demikian pula energi yang terkandung didalam sebuah media.

Agar energi bisa lebih awet dan lama, maka diperlukan perawatan khusus. Biasanya penggunaan minyak dan bakaran dapat menstabilkan kekuatan media. Bagi yang berhodam tentu selama di rawat maka cenderung “abdi” dan tetap terkandung di dalam media.

Jika diperlukan dan pasien tidak keberatan, beberapa praktisi membekali  rapalan / mantera / kata kata kunci kepada pasien, baik penggunaan mau pun untuk perawatan media.

Setelah 100 hari ada baiknya media kembali di “cas” oleh sang pembuat. Agar energi maksimal dapat terus digunakan oleh pemegangnya. Oleh karena itu tidak usah heran pasien hilir mudik selama kurun waktu 3 bulan sekali ke seorang dukun. Salah satunya karena hal ini. ;)

Tanpa penggunaan media sama sekali akan menyulitkan dan memberatkan kerja sang paranormal dalam usaha menolong sang klien. Karena praktis semua kekuatan dan pengerjaan dilakukan dari jarak jauh, tanpa ada media apapun yang dipegang oleh sang pasien.

Selain sulit dan memberatkan, pertolongan tanpa media pun tidak efektif dan cenderung bersiko khususnya dalam kasus kasus korban santet.
Ibarat diminta memindahkan sebuah barang ke suatu tempat, tentu akan jauh lebih ringan dan mudah bila disedikan sebuah troli bukan, dari pada harus menggendong barang tersebut.;)

Demikian ulasan dari penulis, kiranya dapat memperluas pandangan kita semua akan seluk beluk media dalam dunia paranormal. Media hanyalah perantara, tentu semua keberkahan dan pertolongan selalu datang dari Yang Maha Kuasa. Tidak perlu fanatik dan mendewa dewakan media, sekali lagi semua itu hanyalah sarana belaka.


Salam persaudaraan


Ki Awan
**. Hati hati segala bentuk penipuan !! yang mengatasnamakan Ki Awan / Magic Glow Team. Komunikasi selalu dilakukan melalui 2 alternatif berikut :

www.magicglowteam.com  /  WA : 0812-1223-3535

Selasa, 10 Mei 2016

PERBEDAAN SPIRITUALITAS DAN KESAKTIAN...... APAKAH BERKORELASI ??


PERBEDAAN SPIRITUALITAS DAN KESAKTIAN...... APAKAH BERKORELASI ??


https://api.whatsapp.com/send?phone=6281212233535

IG : @kiawan357

Youtube : Ki Awan

Untuk sebagian kalangan mungkin tema ini basi dibahas karena telah sangat jelas. Sebagian lagi masi bingung dan belum paham...sisanya sama sekali tidak mengerti apa pun. Untuk anda yang telah clear disarankan membaca tema lain saja agar tidak boring okeh !.

Bagi anda yang senang dunia gaib.....baik awam maupun menggeluti perlahan atau mungkin sekedar hobi, saya yakin sedikit banyaknya dua hal ini yaitu kesaktian dan tingkat spiritualitas sering kali mixed up dan overlapping.

Mari kita bahas secara ringan dan singkat 2 hal tersebut dan hubungannya dengan dunia 
supranatural.

Spiritualitas




Pandangan penulis akan hal ini merupakan sebuah tahapan dan proses yang tidak pernah berhenti sampai hembusan nafas terakhir manusia dalam hidupnya. Spiritualitas merupakan sebuah perjalanan kematangan jiwa setiap insan. Proses pematangan dan pembelajaran hal ini bisa dalam berbagai macam bentuk dan jalur. Ada jalur “formal” dan tentu “informal”.  Jalur formal biasanya melalui berbagai lembaga keagamaan / perkumpulan  / kegiatan resmi, dimana pelbagai pelajaran mengenai keagamaan diajarkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Sekolah dan berbagai lembaga pendidikan tentu menyumbang porsi paling besar akan jalur ini.

Jalur informal lebih kepada pemaknaan kematangan jiwa akan keberadaan Sang Maha Kuasa melalui pengalaman praktis sehari hari dan pengalaman orang lain. Pemahaman jalur ini khususnya dipelajari dari pengalaman pribadi, pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Sehingga akhirnya hidup itu sendiri yang akan mendidik sang manusia mencapai tingkatan lebih tinggi dari aspek spiritualitas.  Pada jalur ini pelajaran hidup bisa datang dari mana saja, dan sering kali kejadian kejadian ekstrem dalam hidup seseorang akan mengubah keseluruhan pandangan hidup, yang bermuara kepada penempaan batin luar biasa. Jangan lah heran seorang mantan preman bisa memiliki tingkat spiritualitas jauh lebih tinggi dari pada mereka yang notabene seorang ahli agama.

Apa dapat dipahami sampai di sini ?

Intinya spiritualitas tidak selalu terkait dengan ilmu agama dan seberapa baik pemahaman seseorang akan agamanya. Walaupun bukan berarti  kita menafikan hal tersebut. Tentu orang yang mengerti agama secara probabilitas diasumsikan memiliki peluang lebih baik untuk meningkatkan kesadaran jiwa. Namun sekali lagi tidak harus selalu demikian. Seperti seorang pembunuh bisa menjadi martir,...begitu pula seorang tukang copet bisa menjadi pemuka agama ternama.

KESAKTIAN




Sering diartikan sebagai sebuah daya / kemampuan linuwih / kekuatan yang mampu memunculkan berbagai hal hal yang tidak biasa dan sering kali di luar nalar atau rasio manusia.
Kesaktian juga termaktub didalamnya sebuah kemampuan dimana tidak dimiliki oleh manusia umumnya. Sebuah kekuatan yang mampu memancarkan kegaiban dan bisa memanipulasi fenomena / kejadian / hal pada dimensi gaib maupun dimensi manusia itu sendiri.
Pada batasan tersebut kita sengaja membatasi diri definisi kesaktian dari sisi kebatinan dan ilmu gaib saja.

Di dalam masyarakat sering kali kita mendengar si A sakti karena tidak mempan dibacok,..lalu dukun si B sakti karena bisa menerawang dengan jitu. Lain lagi dengan si C karena bisa merogoh sukmo dan lain sebagainya.

Dalam dunia kebatinan dan gaib, makin sakti seseorang tentu makin dihormati dan dianggap makin berpengaruh. Karena semakin tinggi kesaktian manusia atau hodam / jin, otomatis daya pengaruh dan kekuatan serta hal hal yang bisa dimanipulasi pun semakin banyak / luas areanya. Untuk itu kesaktian dalam alam gaib praktis menentukan seberapa tinggi level / pangkat / keberadaan manusia / jin / hodam.

Bisa saja seorang petani sederhana yang memiliki tenaga dalam jauh lebih ditakuti dan dihormati bangsa jin dari pada seorang pejabat kaya raya yang tidak bisa apa apa dalam hal gaib.
Kesaktian pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama di dalamnya, yakni : Kekuatan ( power ) dan Keterampilan ( skill ).

Kedua hal tersebut saling mendukung satu sama lain dan akan saling menyempurnakan. Kombinasi maut akan terjadi bila power yang besar bertemu dengan skill yang tinggi.... itulah kelahiran sebuah Magic atau keajaiban.

Sebuah power yang besar tanpa skill ibarat membacok kelapa sekuat tenaga dengan golok yang tumpul. Sedangkan skill tanpa power ibarat mengemudikan mobil berkekuatan mesin besar dengan kecepatan tinggi tanpa rem yang pakem.

Overlapping

Di dalam masyarakat seringkali terjadi persepsi yang keliru atara nilai spiritualitas dan kesaktian itu sendiri. Mereka mengira bahwa orang yang kuat ibadahnya, baik ilmu agamanya juga dalam pemahaman mengenai teori keagamaan pasti sakti dan memiliki kemampuan batin yang kuat. Padahal pada kenyataannya tidaklah demikian. Karena sekali lagi spiritualitas dan kesaktian adalah 2 buah dimensi yang berbeda.

Dalam penyembuhan sebuah penyakit non medis contohnya,...contoh paling mudah terlihat adalah fenomena kerasukan / kesurupan ( ketempelan ) roh jahat ( hodam / jin ).
Keluarga korban biasanya akan mencari tokoh pemuka spiritual setempat untuk dimintai pertolongan. Apabila kebetulan si tokoh tersebut menguasai tenaga dalam / kebatinan atau bahkan sedikit banyak mempelajari ilmu gaib tentu masalah mudah teratasi. Namun menjadi masalah ketika tokoh tersebut tidak memiliki dasar keilmuan utk penyembuhan non medis. Alhasil korban akan terus kerasukan selama berjam jam tanpa titik terang kesembuhan.

Pada kasus di atas kesalahan bukan kepada sang tokoh, juga tidak bisa diarahkan kepada keluarga korban 100 %. Yang ada adalah mispersepi dan pemahaman antara ilmu gaib dan ilmu spiritual /agama.

Ini bukan berarti ilmu spiritual / agama tidak bisa utk menyembuhkan kerasukan, namun biasanya diperlukan kompetensi dan skill khusus di bidang kebatinan utk penanganan kerasukan secara efektif. Bagi  juru sembuh yang memiliki kekuatan batin besar dan skill tinggi, menyembuhkan kerasukan kerap kali hanya hitungan menit bahkan detik. Kombinasi kekuatan batin / gaib dan spiritual tentu akan menjadi hal yang amat efektif utk penanganan hal tersebut.

Fenomena lain yang penulis amati adalah adanya orang orang sakti yang dianggap memiliki tingkat spiritualitas tinggi. Banyak sekali para tokoh sakti memiliki ribuan murid dan ratusan padepokan namun tidak memiliki nilai spiritualitas yang sama tinggi dengan kebatinannya. Boro boro teori teologi dan filsafat,....wong sekola formal aja sangat minim. Ini bukan berarti menafikan mereka yang berpendidikan rendah namun sangat dalam ilmu agamanya. Karena belajar keagamaan dan spiritualitas tidak mesti dari jalur formal bukan ? ;)

Kembali ke para tokoh sakti  yang telah kadung dipercaya masyarakat dan murid murid memiliki spiritualitas tinggi. Bila tidak berhati hati, maka cenderung akan timbul mispersepsi dan kesalahtafsiran yang makin mendalam. Terlebih lagi bila si Tokoh sakti tersebut “menyebarkan ajaran tertentu” dan cenderung bertentangan dengan nilai nilai kebenaran dan kemanusiaan. Sungguh berbahaya bukan ?

Jadi sekali lagi ...sakti belum tentu memiliki ahlak yang baik dan benar. Apalagi sampai mengajarkan ajaran spiritual tertentu kepada murid muridnya.
Kita sebagai anggota dan bagian dari masyarakat sudah mesti lebih dewasa dan mampu membedakan semua itu. Semua ajaran apa pun itu, baik kebatinan maupun spiritualisme tentu tidak boleh bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan HAM.

Banyak oknum tokoh sakti yang cenderung menyimpang ahlaknya, sebanyak orang “suci” yang tidak memiliki kemampuan batin apa pun.

Namun bagi mereka yang mampu memiliki keduanya, tentu menjadi sebuah kelebihan yang amat berguna di tengah masyarakat. Menjadi panutan ahlak sekaligus menyebarkan ajaran kebenaran dengan penuh kekuatan maha dasyat. Silahkan simak cerita cerita di Nusantara yang diceritakan secara turun temurun bagaimana kesaktian para tokoh sakti seperti wali songo amat membantu dalam penyebaran pengaruh agama di tanah air.

Tuhan telah menganugerahi setiap insan dengan berbagai talentanya...biarlah mereka yang mengerti menerima pengajaran ini.

Sebagai sebuah kesimpukan akhir dari tulisan ini, spiritualitas dan kesaktian adalah dua kontinum yang berbeda, dan tidak berkorelasi sama sekali karena 2 buah faset yang berlainan. Namun demikian, pendalaman kedua bidang tersebut dapat menunjang satu sama lain. Sama seperti  cinta yang menjadi amat luar biasa bila ditunjang dengan kekuatan. ;)


***ORANG SAKTI ADALAH ORANG BIASA, YG TAMPAK LUAR BIASA DIMATA ORANG ORANG TIDAK BIASA


Salam Dulur Batin

Ki Awan

**. Hati hati segala bentuk penipuan !! yang mengatasnamakan Ki Awan / Magic Glow Team. Komunikasi selalu dilakukan melalui 2 alternatif berikut :

www.magicglowteam.com  /  WA : 0812-1223-3535